RANDY_mf

  • Skype
  • Facebook
  • Twitter
  • Yahoo

Twitter

Perempuanku .... Sadarkah Engkau
Bahwa Aku dan Hatiku
Telah Terjatuh dan Mencintaimu
Singguh-Sungguh Menyayangimu

Disadarku Kau Hadir di Pikiranku
Dilelapnya Tidurku Kau Jadi Mimpiku
Meski Kau Tak Menyadari
dan Takkan Pernah Tau

Perempuanku ......
Bibirku Takkan Membisikkan Kata Cinta
Hatiku Takkan Memaksa
Kubiarkan Rasaku Mati

Kuheningkan mulut
Kusadarkan Hati
Bahwa Kau Bukan Untukku

Gadis berkerudung
Kuselalu memandangmu dr jendela kamarku
Dan sungguh hatiku telah jatuh padamu yg bgt anggun
Tpi logikaku berbisik tak mungkin
Kumerasa tak pantas untukmu
Kau gadis berKerudung
Yang sll membuat hatiku terpikat
Terpikat oleh kesopanan dan keanggunanmu
Kau gadis berkerudung
Cintaku telah terjatuh dihelaian kerudungmu

Berbilang tahun merasai kedekatan yg berjarak
suaramu menjelma baris" hangat
sarat pancaran sanubarimu
aku yg tergugah polos bisu dlm ragu
memaknai sgl pelangi indah
yg kau ulur dr langit hatimu
dalam buaian kata" yg kau renda
dipelantaran hati yg kerap menyendiri
tanpa kusadari,bisamu telah menjejali sukma
dan memenuhi kisi" batinku
larut,,tenggelam dlm lautan cnta
tiba-tiba
semesta gering menyapa jiwa kalutku
yg berbalut resah
aku telah terjebak dlm skenario licikmu
ternyata kau mengulu dan merajut
hal yg sama dgn makluk sejenisku diluar sana
detik" berjejer meradang
melukiskan gairah rumpu
dan amarah batu membisu
kutau kn,dirimu hanyalah segelintir jiwa yg rapuh
kupalingkan wajah,kuungkap serapa
kaulah penghianat itu.

malam tadi aku terlena dalam kerinduan..
telah ku pesan pada bulan dan bintang..
agar menjaga cintaku pada malam..
yang berada jauh di perantauan
doaku agar ia tidak pernah akan terhalang..
dan tetap terpahat utuh.. untuk satu kesetiaan..
Bila aku terjaga dari lelap yang panjang
rindu masih menyambutku dengan senyuman..
setelah wajahmu sekali lagi.. aku terbayang..
Di ruang pagi yang hening..
mentari sebentar lagi akan menyising..
untuk terus memancarkan kasih
dalam bening embun yang menitis..
menyambut cinta untuk di siang nanti..
agar engkau dan aku dapat bercinta lagi

Duhai Rembulan
jangan engkau sembunyikan
Cahaya mu di balik awan
Biar dapat ku Rasakan
Indahnya Impian

Duhai Nyanyian Hampa
Kemana Cinta yang ku puja
Biar berdendang Nyanyian Asmara
Tarikan Indah nya Gelora
Dalam Jiwa yang kian Lara

Duhai Indahnya Mimpi2
Janganlah engkau pergi
Tinggalkan aku sendiri
Tampa Indahnya Hari
Kala Malam Kian sepi
 
Duhai Malam
Beriku walau seberkas sinar Temaram
Jangan Biarkan Hati ku Kelam
Tenggelam dalam Bayang Hitam
Larut dan Tenggelam

Entah kemana Rembulan
Tinggalkan ku di Kehampaan
Tampa Nyanyian Kemesraan
Tiada Mimpi yang ku nantikan
Di antara Indahnya Kehidupan.

Aku untuk mu
Matipun ku mau
karena kau Indonesiaku
Tempat tumpah Darah ku
Yang menjadi Sumpah Hidup ku

Andai tak dapat bermimpi
Biarlah ku menjadi Embun2 Pagi
Menanti Cahaya Mentari
Di Uput Timur Indonesia Ini
Menyinari Tanah Ibu Pertiwi

Ku Pahami Rindu
Ku tak mau Seberkas Impian berlalu
Dalam Merah ku
Dalam Putih ku
Ku kibar kan Sumpah Bakti ku

Namun aku tak sendiri
Tak Mungkin Sendiri
Walau pun pasti Mati
Di Tanah adat Budaya yang penuh Meteri ini
Karena semua itu menjadi kehendak Illahi


Merah Putih tetap ku kibarkan
Pancasila kan tetap Teragungkan
Dalam Kesetiaan,
Dalam Memenuhi Arti Kemerdekaan
Walau di dalam Pederitaan

Merdeka,,,
Merdeka,,,
Aku Cinta Indonesia

Bersegeralah (melakukan hal yang bermanfaat) di saat kamu sehat dan memiliki waktu luang. Manfaatkanlah kenikmatan sehat dan waktu luang. Karena, berapa banyak orang yang mensia-siakan keduanya maka dia menyimpang (dari jalan), dan dia akan menyesal di saat memetik hasilnya (hari kiamat)
Bait nazham di atas adalah melukiskan tentang begitu pentingnya kesehatan dan waktu luang dalam mencari bekal untuk perjalanan jauh kelak menuju ke dunia akhirat yang kekal. Bait kata tersebut di atas didasari oleh hadits, "Dua kenikmatan yang disia-siakan oleh kebanyakan manusia: kesehatan dan waktu luang." (HR. Bukhari)

Hadis ini merupakan anjuran untuk bersegera melakukan perbuatan baik sebelum kamu disibukkan dengan sakit, usia tua atau kesibukan yang membuatmu tidak dapat melakukan apa-apa.

Allah berfirman, "Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan" (al-Baqarah [2]:148)

"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik." (al-Anbiyaa [21]:90) "

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna." (an- Najm [53]:41)

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasulullah bersabda, 'Bersegeralah melakukan perbuatan baik karena tujuh hal: Apakah kalian akan menunggu sampai kalian miskin yang dilupakan, kaya yang melampaui batas, sakit yang merusak (sakit parah), usia tua rang lemah (artinya pikun), kematian yang telah disiapkan (artinya cepat), Dajjal (hal gaib paling jelek yang ditunggu) atau hari kiamat hari kiamat adalah hari yang paling menakutkan dan paling nenyengsarakan)." (HR. Tirmidzi)

Diriwayatkan oleh Ma’qil bin Yassar, Rasulullah saw bersabda, 'Tuhan kalian berkata, 'Wahai anak keturunan Adam! Lowongkanlah waktumu untuk beribadah kepadaKu, penuhi hatimu dengan kekayaan dan tanganmu dengan rejeki. Jangan kamu menjauh dariku. Penuhi hatimu dengan kefakiran dan tanganmu dengan kesibukan.'" (HR. Hakim)
Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan memisahkan dunia darinya, menjadikan kemiskinan di hadapannya dan tidak datang kepadanya dunia kecuali apa yang telah ditakdirkan atasnya. Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utama maka Allah akan mewujudkan keinginannya, menjadikan kaya di dalam hatinya dan mendatangkan dunia untuknya, dan dunia akan tunduk kepadanya." (HR. Ibn Majjah dan Ibn Hibban).
Riwayat Ibn. Majjah, periwayat hadits ini tsiqqah (kuat). Diriwayatkan juga oleh Ibn Hibban. Aku telah memberikan nasehat kepada jiwaku (nafs) maka ia (jiwaku) menerima dan mempercayainya, baik secara perkataan dan keyakinan. Aku berkata, “Sesungguhnya kamu lebih memperhatikan kenikmatan dunia yang cepat hilang dan karnupun tidak percaya bahwa kematian akan datang kepadamu tanpa dapat menghindarinya. Kematian akan memutuskan apa yang kamu pegang dan merebut apa yang kamu cintai. 
Allah berfirman, Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya (asy-Syu’araa [26]:205-207).
Jiwaku berkata, “Kamu benar.” Lalu aku berkata kepada jiwaku, “Kamu tidak mencari ridha Allah seperti kamu bersungguh-sungguh mencari perhatian manusia. Kamu tidak mempersiapkan diri untuk kematian seperti kamu mempersiapkan diri untuk menghadapi musim dingin. Sedangkan kematian bisa saja datang sebelum musim dingin datang. Bukankah akhirat merupakan hal yang pasti dialami oleh setiap orang?” Cukup lama saya berpikir untuk mencari sebab mengapa manusia tidak menyiapkan diri untuk itu, sedangkan mereka telah mengetahui dan menyakininya. Ternyata hal itu disebabkan keyakinan bahwa kematian akan lambat datang kepadanya atau kematian masih jauh darinya. Ini merupakan hal yang sangat aneh dan ini adalah penyakit yang berbahaya. Yang membawa seseorang kepada kesesatan dan menunda-nunda melakukan kebaikan. Sekiranya ada seseorang yang dapat dipercayai berkata bahwa kematiannya akan datang di akhir minggu ini atau bulan ini. Pasti ia akan bersungguh-sungguh untuk berjalan di shirat al-mustaqim. Ia juga akan meninggalkan segala perbuatan yang dianggap mendapatkan keridhaan Allah, namun pada hakikatnya akan membawa kepada kemurkaanNya. Lebih-lebih perbuatan yang telah diyakini akan dimurkai Allah.

Aku telah memberikan wasiat kepada jiwaku agar berhati-hati dalam bertindak. Aku pun berwasiat kepada diriku dan dirimu seperti apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah "Shalatlah seolah-olah kamu melakukan shalat yang terakhir kalinya, yang tidak memungkinkan kamu shalat lagi setelah itu." Rasulullah telah diberikan jazuami' al-kalim (perkataan yang sedikit tetapi memiliki makna yang banyak).

Barangsiapa yang mengira bahwa shalat yang dilakukannya merupakan shalatnya yang terakhir, maka dalam pelaksanaannya penuh dengan asa takut kepada Allah. Akan tetapi apabila tidak, ia akan terus dalam keadaan lalai dan alpa. Aku berwasiat kepadamu agar tidak puas atas jiwamu kecuali apabila telah sampai ke maqam ini, berhati-hatilah atas tipu daya hatimu. Sesungguhnya tidak ada orang yang terus berada dalam tipu dayanya kecuali orang-orang yang bodoh.
Anak-anak Adam berjalan di lingkaran takdir Allah dan kematian selalu mencarinya di atas jejak langkahnya.
Alangkah kasihan anak Adam, bagaimana mungkin hatinya merasa aman dan tenang di kala malam dan siang hari. Terkadang seseorang di malam hari merasa aman, tetapi mungkin saja kematian akan mengetuk pintu rumahnya di waktu sahur.
Sekiranya aku mengetahui mengapa orang yang suka bermain tertawa dan orang yang sombong memanjangkan sarungnya.

Karena mungkin saja tangan-tangan kematian akan membalutnya dengan kain kafan.

Beruntunglah seorang yang tidak melampaui batas, maka Allah akan memberinya balasan kemuliaan di sisiNya.

Orang-orang akan selamat darinya dan diapun hidup dengan selamat dan berserah diri kepada Allah atas takdirNya.

Barangsiapa yang berpuasa (dari kemaksiatan) di dunia ini, maka dia tidak akan berbuka kecuali di surga Firdaus.

Wahai Tuhanku, berilah aku kesabaran untuk melakukan apa yang Engkau ridhai dan menjadi hamba-hamba pilihanMu. Karena seorang hamba tidak dapat menerima apa yang tidak diberikan oleh Tuhannya.

Bagaimanapun, "Nafs [cinta keduniaan] manusia yaitu dari alam gaib dan malakut memiliki maqam-maqam dan tingkatan-tingkatan. Kadang-kadang, secara umum, mereka mengklasifikasikannya ke dalam tujuh bagian". Di kalangan para arif, hal itu dikenal dengan tujuh maqam, yaitu nafs sendiri, 'aql, qalb, ruh, sirr, khafi, dan akhfa. 
Yang dimaksud dengan nafs adalah cinta keduniaan. Inilah yang dilawan dalam jihad seseorang, yaitu jihad besar, berdasarkan apa yang akan kami jelaskan, insya Allah. Al quran mengungkapkannya dalam firman Allah SWT: Dijadikan indah, pada manusia kecintaan pada apa apa yang diingini, yaitu perempuan-perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang lemak, dan sawah ladang. [QS Ali ‘Imran [3]:14] 
Nafs inilah yang diungkapkan dalam firman Allah SWT: Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia [QS al-Baqarah [2]: 200] . Sebab, barangsiapa hidup dalam maqam nafs ini dan kecintaan pada keduniaan, maka ia tidak akan mengatakan, "Wahai Tuhanku, berilah aku kebaikan di dunia." Akan tetapi, ia akan meminta kepada Allah SWT agar diberi apa pun, entah kebaikan atau keburukan, kebajikan atau kejahatan. Oleh karena itu, manusia seperti ini dan tiadalah baginya bagian di akhirat. [ibid] 
Maqam 'aql adalah maqam orang yang berdoa, " Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.[ QS al-Baqarah [2]: 201] " 
Maqam qalb adalah maqam ketiga. Ia dipandang sebagai maqam ihsan pertama dan disebut juga maqam ka'anna. Rasulullah saw. ditanya, apa ihsan itu? Beliau menjawab, "Engkau menyembah Allah seakan-akan (ka'anna) engkau melihat-Nya. [Shahih al-Bukhari, Dar Ihya’ at-Turats, 1/20]" 
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw. mengimami orang-orang dalam shalat subuh. Kemudian, beliau melihat seorang pemuda di dalam masjid dalam keadaan menggigil, menundukkan kepala, berkulit pucat, berbadan kurus, dan bermata cekung. Rasulullah saw. bertanya, "Bagaimana kabarmu pada pagi hari ini, wahai fulan?" Anak muda itu menjawab, "Wahai Rasulullah, pagi ini aku dalam keadaan yakin." Rasulullah saw. pun takjub mendengar jawaban ini. Beliau bertanya, "Setiap keyakinan memiliki hakikat. Lalu apa hakikat keyakinanmu?" Orang itu menjawab, "Wahai Rasulullah, keyakinanku itulah yang membuatku takut, terjaga di malam hari, dan menahan haus. Itulah ganjaranku sehingga aku menjauhkan diri dari keduniaan. Di situ, seakan-akan aku memandang Arsy Tuhanku, penghisaban pada hari kebangkitan telah dilakukan, dan makhluk makhluk di kumpulkkan sementara aku berada di tengah mereka seakan akan aku melihat penghuni surga yang mendapat kenikmatan, mereka saling mengenal di atas sofa. Seakan akan aku melihat penghuni neraka dan di situ mereka disiksa sambil berteriak-teriak." 
Rasulullah saw. bersabda, "Inilah hamba yang hatinya diterangi Allah dengan keimanan." Selanjutnya, beliau bersabda, "Pertahankanlah apa yang telah engkau raih itu." Anak muda itu berkata, "Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah untukku agar aku dianugerahi kesyahidan bersama Anda." Rasulullah saw. pun mendoakannya. Tidak lama kemudian, anak muda itu ikut berperang bersama Nabi saw. sehingga ia gugur sebagai syahid menyusul sembilan orang yang gugur terlebih dahulu, sehingga ia menjadi orang kesepuluh yang mati syahid dalam pertempuran itu. [Ushul al-Kafi, Dar al-Kutub al-Islamiyyah., Teheran, 2: 53/2] 
Maqam keempat adalah maqam anna. engkau, kamu menyembah Allah, bukan "seakan-akan (ka'anna) engkaumelihat-Nya" sebagai persamaan (tasybih), melainkan "sesungguhnya engkau (annaka) melihat-Nya" sebagai pembenaran (tahqiq). 
Apabila seseorang berpindah ke maqam kelima maka ia sampai ke maqam fana’ (kesirnaan) dari diri di mana ia tidak melihat "aku"nya dan tidak pula melihat dirinya. Tingkatan ini adalah "Aku tidak melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sebelum, bersama, dan sesudahnya. [Syarh Manzhumah, bagian al-hikmah, jil. ½, hal. 263]" 
Salah satu spesifikasi orang-orang yang sampai ke tingkatan ini adalah mereka tidak berpura-pura di antara mereka karena mereka tidak melihat selain "Dia" (huwa) dan Dia adalah "Esa" (wahid) di mana "aku" pada mereka telah sirna. "Aku" itulah yang menyeret pada pertentangan dan perselisihan. Kalau sekiranya [Alquran itu] bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapati pertentangan yang tajam di dalamnya [QS an-Nisa’ [4]: 82], Sesuatu yang di dalamnya terdapat pertentangan bukan berasal dari sisi Allah SWT. 
Kemudian, hamba yang dirinya telah fana berpindah ke tingkatan keenam yang di situ ia tidak memiliki penglihatan, pendengaran, tangan, dan kaki kemanusiaan. Seluruh wahana dan alat ini merupakan wahana dan alat Ilahi. Inilah yang ditunjukkan dalam hadis: "Hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintai Nya. Apabila Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Aku menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat, dan Aku menjadi tangannya yang dengannya ia bertindak.[Riyadh ash-Shalihin, karya an-Nawawi, Dar Ibn Zaydun, Beirut, 1997, 63/66.]" Begitu pula, dalam hadis lain disebutkan, "Orang Mukmin memandang dengan cahaya Allah.[ 'Uyun al-Akhbar ar-Ridha a.s., 2: 61/250.]" Cahaya Allah tidak dihilangkan. 
Namun, di dalam maqam keenam masih terdapat pengaruh "aku", walaupun dalam keadaan yang lebih tinggi. Dengan berpindahnya hamba darinya, ia berpindah ke maqam khatamiyyah, yaitu maqam wilayah mutlak, maqam "dan hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah fardu hingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka ia menjadi pendengaran-Ku, (dan seterusnya). [Riyadh ash-Shalihin, karya an-Nawawi, Dar Ibn Zaydun, Beirut, 1997, 63/66]" 
Pada maqam ini, hamba naik dan menjadi pendengaran, lisan, dan mata Allah. Ia keluar dari keterbatasan ke ketakterbatasan, karena ia naik dari keberakhiran ke ketakberakhiran sehingga diriwayatkan dari Amirul Mukminin a.s., "Aku adalah mata Allah dan Aku adalah lambung Allah. [Bihar al-Anwar, jil. 39, hal. 347.]." 
Terdapat klasifikasi nafs yang lain, yang ditunjukkan Imam Khomeini r.a. dengan ucapannya "dan kadang-kadang menjadi empat bagian," yaitu hiss, khayal, wahm, dan 'aql, atau insan madi, mitsali, 'aqli, dan Ilahi. "Dan kadang-kadang menjadi tiga bagian," yaitu dengan mengingkari wahm karena sedang dikaji, apakah ia merupakan kekuatan tersendiri atau ia adalah 'aql yang gugur atau turun dari tingkatannya. "Dan kadang-kadang menjadi dua bagian," yaitu bagian lahir dan bagian batin. 
"Maqam-maqam dan tingkatan-tingkatan itu masing-masing memiliki (1) tentara Rahmaniyyah dan 'uqalaiyyah yang menarik nafs ke malakut tertinggi dan mengajaknya ke kebahagiaan, dan (2) tentara syaythaniyyah (setan) dan juhlaniyyah yang menarik nafs menuju malakut terendah dan mengajaknya ke kesengsaraan. Selalu terjadi pertentangan dan pertempuran di antara kedua pasukan ini, sementara manusia merupakan arena peperangan kedua pasukan tersebut." Hal itu disertai kemampuan untuk memiliki wahana-wahana yang dituntut dan kebebasan berkehendak dan memilih untuk naik ke tingkatan-tingkatan tertinggi atau turun ke tingkalan-tingkatan neraka Jahim. "Apabila pasukan ar-Rahman menang, maka manusia itu termasuk orang-orang berhak mendapatkan kebahagiaan dan rahmat, masuk ke jalan para malaikat, dan dikumpulkan di dalam kelompok para nabi, para wali, dan orang-orang salih. Sebaliknya, apabila tentara setan dan pasukan kebodohan yang menang, maka manusia itu termasuk orang-orang yang berhak mendapatkan kesengsaraan dan permukaan, dan dikumpulkan di dalam kelompok setan, orang-orang kafir, dan orang-orang hina." 
Kemudian, beliau r.a. berkata, "... Di mana lembaran ini bukan tempat yang memadai untuk menjelaskanny a secara detail .Oleh karena itu, di sini ditunjukkan secara global maqam-maqam nafs serta aspek-aspek kebahagiaan dan kesengsaraannya.

 اَبَاحَ لَكَ اَنْ تَنْظُُرَمَا فِى الْمُكَوَّنََاتِ وَمَا اَذِنَ لَكَ اََنْ تَقِفَ مَعَ ذَوَاتِ الْمُكَوَّنََاتِ ׃ قُلِ انْْظُرُوْا مَاذَا فِى السَّمَوَاتِ فَتَحَ لَكَ بَابَ الأأفْهَامِ وََلَمْ يَقُلْ ׃ انْْظُرُوْا السَّمَوَاتِ لِئَلاَّ يَدُلُّكَ عَلَى وُجُوْدِ الأَجْرَامِ 
 “Allah swt mengharuskan kalian meneliti (menalar) alam semesta dan sebab terjadinya, akan tetapi Allah tidak mengizinkan kalian berhenti karena mengetahui benda-benda alam semesta itu saja. Karena Allah swt telah berfirman (dalam Al-Qur'an surat Yunus ayat 101): 
"Telitilah olehmu apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi. "Dengan keadaan itu Allah akan membuka pikiranmu, karena Allah tidak mengajarkan: "Pandanglah lapisan langit itu, supaya tidak menunjukkan kepadamu wujudnya benda-benda itu." 
 Allah swt memerintahkan agar manusia memperhatikan dan meneliti kejadian langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya. Memikirkan ciptaan Allah, akan tetapi bukan Dzat Allah swt. Karena hg dapat dipikirkan dan dapat diteliti adalah semua ciptaan Allah saja. Ciptaan itu sendiri adalah benda alam (makhluk Allah). Jadi bukan karena benda tersebut manusia memperhatikan, memikirkan, menelitinya, akan tetapi kesemuanya adalah ciptaan Allah. Kebesaran dan keperkasaan Allah, yang telah menjadikan semua yang ada di langit dan di bumi, memberi manfaat bagi dunia dan manusia. 
Allah telah membolehkan manusia meneliti dengan nalar yang dalam '1* dan jauh, manfaat yang dapat diambil dari semua yang diciptakan Allah, baik di langit maupun di bumi. Sebab setiap ciptaan Allah, bukanlah tidak ada artinya. Allah menciptakan semua benda yang ada di alam ini semuanya mempunyai arti yang luas bagi kehidupan manusia sekarang dan masa depan. 
Dengan memikirkan semua ciptaan Allah itu kelak akan memberikan kepada manusia kekuatan iman dan kemampuan untuk menganalisa dan meneliti segala yang akan memberi manfaat bagi manusia di dunia. Demikian juga tetap berkeyakinan bahwa semua yang maujud itu adalah ciptaan Allah semata. 
Allah swt memerintah agar hamba-Nya memperhatikan ciptaan Allah yang dimaksud supaya para hamba menjadikan alam seisinya ini sebagai wasilah (perantara) untuk mengenal Allah dan memperkokoh imannya. Allah swt telah menampakkan wujud-Nya melalui ciptaanNya. Oleh karena itu, manusia jangan menyia-nyiakan ciptaan Allah untuk memahami bahkan menelitinya dalam bentuk-bentuk tertentu. Allah swt telah menciptakan alam ini untuk manusia, bukan hanya sekedar ciptaan yang tidak ada artinya. Ciptaan Allah yang dahsyat itu harus diselidiki terus menerus hingga manusia paham yang tersembunyi di balik yang dilihatnya sendiri. Karena kelak manusia akan tahu di balik yang nampak itu akan lahir kehidupan yang sangat bermanfaat bagi manusia dan anak turunannya sepanjang hidup di dunia ini. 
Allah M mengisyratkan pengertian ini dalam Al Quran surat Yunus ayat 101: "Perhatikanlah (dengan teliti), apa yang ada di langit dan yang ada di bumi..." 
Ayat ini membuka pintu pemahaman bagi manusia, apa yang dimaksud oleh Allah swt dengan kalimat "UNZURUS SAMAWATI (perhatikanlah dengan teliti) atau pelajari dan analisalah semua yang ada di langit dan di bumi. 
Walaupun demikian Allah swt mengingatkan pula, agar manusia tidak terpaku dengan apa yang ia lihat, tidak terpengaruh oleh penglihatan, tidak terkesima oleh keindahan. Sebab semuanya itu adalah ciptaan dari yang Maha Pencipta. Manusia wajib mengembalikan semua yang ia lihat, semua yang ia tahu, semua yang ia selidiki, semua yang ia temui kepada Allah dan Al Khalik Pencipta Alam Semesta. 
Segala sesuatu yang nampak di mata insan yang berada di langit dan di bumi dikembalikan kepada Allah. Apabila ditemukan manfaatnya bagi kesejahteraan manusia itupun adalah karena kasih sayang dan rahmat Allah untuk manusia. Semuanya dikembalikan pula kepada Allah, diikuti dengan rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga. 
Isyarat dan peringatan Allah dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 190: "Sesunggunya pada kejadian langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, adalah tanda-tanda kekuasaan Allah, bagi orang yang mempergunakan akalnya."

 أَمَرَكَ فِى هَذِهِ الدَّارِ بِالنَّظَرِ فِى مُكَوَّنَاتِهِ وَ سَيَكْشِفُ لَكَ فِى تِلْكَ الدَّارِ عَنْ كَمَالِ ذَاتِهِ٠ 
“Allah swt menerima kalian ketika hidup di dunia ini, agar memperhatikan alam ciptaan Allah, karena kelak di akhirat Allah swt akan memperhatikan kesempurnaan zat-Nya." 
Mengetahui wujud Allah di dunia ini penting bagi orang beriman. Melihat Allah dan beriman kepada Maha Pencipta itu di alam dunia ini , ialah dengan melihat seluruh ciptaan Allah. Tidak lain ciptaan Allah, yang dapat dilihat dan dirasakan oleh manusia di masa hidupnya adalah alam seisinya termasuk manusia itu sendiri. 
Memperhatikan alam raya ini, agar manusia dapat memahami begitu besar anugerah Allah yang diberikan kepada para hamba-Nya. Begitu banyak nikmat yang dianugerahkan kepada manusia. Melihat alam dan memperhatikan asal kejadian seluruh ciptaan Allah itu, akan menambah keyakinan, bahwasanya Allah itu ada. Alam semesta ini adalah bukti wujud Allah swt. Matahari yang terbit dari timur dan terbenam di barat, pergantian musim dari tahun ke tahun, pergantian malam dengan siang, hujan yang turun dari langit dengan segala prosesnya, ada matahari, bulan dan bintang, ada angin dan hawa panas serta hawa dingin, ada manusia waktu anak-anak hingga masa tua, lalu mati. Demikian juga bermacam-macam makhluk nidup yang semuanya berproses dari waktu ke waktu, dari masa hadirnya sampai masa musnahnya. 
Itulah keadaan alam ciptaan Allah, sudah ada di tengah - tengah manusia sejak ia lahir sampai ia meninggalkan dunia ini. Lahir manusia baru, ada yang datang dan ada yang pergi. Alam ciptaan Allah ini terus berjalan dalam keadaannya sehingga batas waktu yang telah dijanjikan oleh Allah. 
Siapa yang mengenal Allah dan menyaksikan ciptaan-Nyu, akan. diberikan pada mereka kekuatan iman dan ditambah keyakinan mereka akan wujudnya Allah. Kelak di akhirat Allah swt akan memperlihatkan pada mereka kebesaran dan kekuasaan Dzat-Nya. Allah swt akan menganugerahkan kepada hamba-Nya yang saleh dan taat itu kebesaran Dzat-Nya di akhirat kelak. Allah akan memberi kenikmatan kepada hamba-Nya yang beriman dengan hati ikhlas dengan memandang Allah di akhirat kelak. Firman Allah dalam surat al Qiyamah ayat dan 22: "Wajah orang-orang beriman pada hari itu berseri-seri, karena kepada Tuhannya mereka dapat memandang." 
Bagaimana keadaan Allah sebenarnya, semuanya dikembalikan kepada Allah sendiri Yang Maha Mengetahui bagi semestinya hamba - hamba-Nya melihat keagungan Allah dengan penglihatan manusia. 
Para hamba Allah yang saleh sangat dekat taqarrub-nya kepada Allah seakan-akan ingin cepat memandang Allah dengan modal ibadah dan taqarrub-nya. Allah swt mengetahui hal ini, dan memerintahkan agar manusia bersabar. Allah memberi anugerah kepada mereka agar terlebih dahulu melihat Allah di dunia dengan cara melihat kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya di dunia ini. Bagaimana Allah telah membuat air laut menjadi asin padahal hujan yang turun dari langit selalu air tawar yang segar. Lalu menciptakan makhluk-Nya pada air asin itu, akan tetapi ikan-ikan di laut tidak terasa asin. 
Syekh Ahmad Ataillah menjelaskan:
 عَلِمَ مِنْْكَ اَنَّكَ لاَ تََصْبِِرُ عَنْْهُ فَأََشْهََدَكَ مَابََرَزََ مِنْهُ٠ 
“Allah swt telah mengetahui, sesungguhnya kamu tidak lagi sabar untuk melihat-Nya, lalu Allah swt memperlihatkan kepadamu apa yang tampak dari ciptaan-Nya." 
Allah swt mengetahui bahwa para hamba-Nya tidak sabar lagi agar dapat berjumpa dengan-Nya, memandang keagungan Allah dalam Dzat-Nya. Kecintaan hamba kepada Allah ini diimbangi oleh-Nya dengan memperlihatkan kebesaran-Nya di muka bumi ini, sebelum manusia memasuki alam akhirat. Para hamba Allah yang berkeinginan memandang-Nya dalam ibadahnya ini, adalah para hamba yang telah memasuki tingkat ma'rifat yang bernama maqam al ihsan. Mereka ingin menerima kenikmatan dan kelezatan yang abadi dari Allah swt. Hal ini hanya akan diperoleh di negeri akhirat saja.

Mati syahid adalah harapan setiap kita. Tapi, apakah ada mati syahid karena cinta? Orang-orang yang tidak menjaga kemuliaan kalimat-kalimat Ilahi dan juga tidak selalu ingat kepada Allah, para Nabi dan malaikat itu telah keluar dari kelompok kita. Benar kiranya ketika Rasulullah shallalhhu alaihi wa sallam bersabda,
"Jika kamu tidak merasa malu maka berbuatlah sesuka hatimu." (Hadits Syarif)
Selain itu juga telah terpisah dari kita orang yang bersyair: Hai anakku, orang yang mati syahid adalah orang yang mati berkorban untuk kekasih
Ada seseorang yang telah menyiarkan dan menyampaikan lantunan syair ini dari pertanyaan para pemuda tentang Hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu, "Barang siapa yang jatuh cinta, lalu dia menjaga kehormatan dirinya dan menyembunyikan cintanya hingga meninggal dunia, maka dia mati syahid."
Sampai dimana kebenaran hadits ini?
Dalam masalah ini, saya tidak menemukan keterangan kecuali yang berasal dari Ibnu Qayyim dalam kitabnya Zaadul Ma'aad dan A1 Jawaabul Kaafii. Ibnu Qayyim berpendapat:
"Hadits ini tidak benar berasal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak mungkin perkataan itu dari dirinya. Sesungguhnya kesyahidan itu menempati posisi yang sangat tinggi di sisi Allah bersamaan dengan derajat orang-orang yang jujur. Dan untuk mencapai derajat syahid itu harus ditopang dengan tindakan dan keadaan yang menjadi syarat untuk mendapatkannya. Adapun cara untuk mendapatkannya itu ada dua: Umum dan khusus.
benarkah+mati+syahid+karena+cinta
Cara yang khusus itu adalah kesyahidan dalam membela agama Allah. Adapun cara yang umum itu lima macam yang disebutkan di dalam hadits shahih, dan bukan hanya cinta saja. Bagaimanakah cinta yang menyekutukan di dalam kasih sayang dan mengosongkan dari Allah dan menguasai hati, jiwa, cinta untuk selain-Nya mendapat derajat kesyahidan? Ini mustahil, sebab kehancuran cinta di dalam hati itu melebihi setiap kehancuran. Balikan hal itu bisa menutupi ruh yang memabukkannya dan mencegahnya mengingat Allah, mencintai-Nya, bersenang-senang dengan bermunajat kepada-Nya serta penyembahan hati selain kepada-Nya
Meskipun Sanad hadits ini seperti matahari, namun tetap saja salah dan meragukan. Dan dia tidak menghafal dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selain kata cinta yang terdapat di dalam haditsnya.
Sesungguhnya cinta itu ada yang halal dan ada yang haram, maka bagiamana dia menyangka bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menetapkan bahwa setiap orang yang jatuh cinta itu dianggap sebagai oang yang syahid? Apakah kamu juga berpendapat bahwa orang yang mencintai seorang perempuan, mencintai seorang laki-laki (homoseks), mencintai prostitusi itu mendapat derajat kesyahidan dengan rasa cintanya?
Dan kalau seandainya kamu merenungkan penyakit-penyakit yang dinyatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bagi yang mengalaminya, maka kamu akan menemukannya dari penyakit-penyakit yang tidak ada obatnya, seperti kehinaan, sakit perut, gila, terbakar, tenggelam, kematian perempuan yang dibunuh oleh anaknya di dalam perutnya. Sesungguhnya bencana-bencana ini dari Allah dan bukan buatan manusia dan tidak ada obatnya.
Jika dia tidak menahan untuk membatalkan nisbat hadits ini kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ulama-ulama hadits di seluruh alam pasti mengikutinya dan mengikuti alasan-alasannya. Karena dia tidak menghafal dari satu imam di antara mereka saja, dia menyaksikan hadits itu baginya dengan benar bahkan tidak dengan hasan. Bagaimana mereka mengingkari atas Suwaid, dia adalah periwayat hadits ini, dan menuduhnya dengan keagungan hadits ini. Dan mereka juga mencoba menyerangnya disebabkan hadits ini.
Dan kami berkata, "Ya, barang siapa diuji mencintai seorang perempuan, maka dirinya akan berjuang dan berperang melawan keinginannya dan berpegang teguh dengan Tuhannya dan kembali kepada- Nya, tidak diragukan lagi dirinya masuk dalam firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala, 
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). " (Qs. An-Naazi'aat (79): 40-41)
Sungguh ayat ini telah menjelaskan kepada kamu secara jelas bahwa hadits ini bukan dari perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan juga tidak menyerupainya. Dan Allahlah yang Maha memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

 جَلَّ رَبُّنَا اَنْ يُعَامِلَهُ الْعَبْدُ نَقْدًا فَيُجَازِيْهِ نَسِيْئَةً 
“Maha Agung Allah Tuhan kami, apabila seorang hamba beramal akan dibalas kontan didunia, dan juga pembalasan kelak di akhirat." 
Pembalasan pahala dari Allah kepada para hamba-Nya, tidak lurus diperoleh kelak di negeri akhirat. Akan tetapi Allah swt secara tunai dapat membalasnya langsung di dunia ini juga, terutama untuk para hamba Allah yang saleh dan sangat dekat dengan Allah (para Waliyullah) dengan anugerah dan keagungan Allah mengizinkan memperoleh pembalasan pahala sebagai rahmat dunia. 
Semua ini adalah karena dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya. Ia mendapat kehormatan untuk menerima rahmat dan anugerah Allah di dunia ini juga dan kelak akan memperolehnya berlipat ganda di akhirat. 
Bagi seorang hamba Allah yang saleh, ia merasa bersyukur dan berbahagia apabila di dunia ini ia dapat menerima anugerah Allah, sebelum ia memasuki negeri akhirat. Pemberian Allah itu dimaksudkan agar seorang hamba selalu meningkat taqarrub-nya kepada Allah serta memanfaatkan semua rahmat Allah untuk melaksanakan muamalah bagi sesama hamba-Nya. Allah tidak memberi pahala seorang hamba di dunia ini juga, apabila si hamba bukan termasuk manusia yang sangat dekat dengan Allah. Taqarrub dan ketaatan si hamba telah memberinya rahmat yang besar dari Allah swt. Syekh Ahmad Ataillah mengingatkan:
 كَفَى مِنْ جَزَائِهِ اِيَّاكَ عَلَى الطَّاعَةِ اَنْ رَضِيَكَ لَهَا اَهْلاً٠ "
Cukup Allah yang memberi pahala karena ketaatanmu, karena ia telah rida kepadamu sebagai ahli ibadah." Inilah karunia besar dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang ahli ibadah. Hamba yang mendahulukan Allah swt dari kepentingan duniawinya. Selain itu, ketaatan kepada Allah dengan tulus dan tekun itu sendiri sudah menjadi suatu kenikmatan bagi si hamba,dan kenikmatan itulah pahala dan rahmat yang besar bagi si hamba yang saleh. 
Seorang hamba Allah yang saleh dan taqarrub kepada-Nya sudah menerima rahmat dari-Nya. Sebab, kalau tidak karena rahmat dan hidayah-Nya, tidak seorang pun yang dapat mengerjakan amal ibadah dengan tekun dan hati tulus ikhlas. Mereka mendapatkan kebahagiaan dalam ketaatan mereka sendiri. Syekh Ahmad Ataillah menjelaskan:
 كَفَى الْعَامِلِيْنَ جَزَاءً مَاهُوَ فَاتِحُهُ عَلَى قُلُوْبِهِمْ فِى طَاعَتِهِ وَ مَاهُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْهِمْ مِنْ وُجُوْدِ مُؤَانَسَتِهِ٠ 
"Kiranya cukuplah sebagai pembalasan, dari apa yang Allah swt bukakan ke dalam hati nurani mereka kegemaran melaksanakan ibadah, dan memberikan mereka kenikmatan dari amal ibadahnya itu." 
Inilah suatu pemberian dari Allah sebagai pahala yang sangat mulia, agar dapat dinikmati dalam hatinya pembalasan Allah tersebut, suatu perasaan halus yang bernilai. Itulah keridaan Allah yang besar, karena begitu taqarrub-nya si hamba dan ketaatannya. Pemberian rahmat Allah sebenarnya adalah surga. Tidak ada yang melebihi surga itu, hanyalah nikmat seorang yang beribadah sajalah yang akan melebihi surga tersebut. 
Orang yang merasakan nikmat dan lezatnya beribadah adalah orang yang beribadah semata-mata tidak hanya mencari kenikmatan surga. Ia memperbagus ibadahnya dan merasakan pula kenikmatan ibadah inia ini juga sebelum ia merasakan kenikmatan surga di akhirat. Memperbagus ibadah itu termasuk kesempatan yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Seperti di waktu munajah tengah malam salat lail akan memberi kekhususan nikmat bagi hamba yang melakukannya. Ia akan memperoleh hawalah dari munajah itu. Dalam munajah malam, orang akan mendapatkan sesuatu kelezatan yang jarang ia temui. Kenikmatan itu akan memberi bimbingan baginya terus mendekati Allah swt.