Mataku, telah jatuh cinta berulang kali pada senja. Hingga, kutemui keindahan itu di kedua bola matamu
Kau menjadi sebuah candu dalam rupa rindu, mengganggu tiap tidurku, tapi aku suka
Kau adalah bait romantis ditulis oleh jemari yang tak pernah lelah mengais kemilau puing rindu yang kau curahkan
Aku tak pandai berkata-kata, aku hanya bisa merangkai kata menjadi puisi cinta, hanya untuk kamu
Aku tak mampu berbicara romantis. Tapi ambilah buku itu, di situ: puisiku yang selalu berbahasa dirimu
sampai kapan pun Puan, kau selalu menjadi bait,berkata kata di ruang jantungku, sebagai puisi
Untuk melihat keindahan pelangi
Aku tak harus menunggu hujan turun, karena di matamu, kulihat keindahan pelangi yang berpendar
pada sepasang matamu yang temaram, kau selalu memberiku hal yang lebih indah dari pelukan
aku mencintaimu dengan sadar, tlah kucampakkan luka dan nestapa, dan bermukim di hatimu yang ikhlas
Kau menjadi sebuah candu dalam rupa rindu, mengganggu tiap tidurku, tapi aku suka
Kau adalah bait romantis ditulis oleh jemari yang tak pernah lelah mengais kemilau puing rindu yang kau curahkan
Aku tak pandai berkata-kata, aku hanya bisa merangkai kata menjadi puisi cinta, hanya untuk kamu
Aku tak mampu berbicara romantis. Tapi ambilah buku itu, di situ: puisiku yang selalu berbahasa dirimu
sampai kapan pun Puan, kau selalu menjadi bait,berkata kata di ruang jantungku, sebagai puisi
Untuk melihat keindahan pelangi
Aku tak harus menunggu hujan turun, karena di matamu, kulihat keindahan pelangi yang berpendar
pada sepasang matamu yang temaram, kau selalu memberiku hal yang lebih indah dari pelukan
aku mencintaimu dengan sadar, tlah kucampakkan luka dan nestapa, dan bermukim di hatimu yang ikhlas