رُبَّمَا اَفَادَكَ فِىْ لَيْلِ
الْقَبْضِ مَالَمْ تَسْتَفِدْ فِيْ اِشْرَاقِِ نَهَارَالْبَسْطِ
لاَتَددَرُوْنَ اَيُّهُمْ اَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًَا٠
“Kadang-kadang engkau mendapatkan faedah di kala kelamnya malam, apa yang tidak engkau peroleh faedahnya di waktu hari terang benderang. Kalian sendiri tidak dapat mengetahui mana ysng paling berfaedah bagimu."
Seiring terjadi kenikmatan yang dianugerahkan Allah SWT kepada
hamba-hamba-Nya tidak dipergunakan untuk yang bermanfaat. Di saat
kebaikan Allah diterima, ibarat ia berada dalam kebahagiaan seperti
sinar matahari yang sedang menerangi alam semesta. Seluruh makhluk mendapatkan manfaat dari sinar matahari itu, semuanya mendapat kebahagiaan dan mendapat manfaatnya pula.
Akan tetapi kadang-kadang orang tidak dapat mengambil manfaat dan memberi faedah bagi dirinya dan masyarakat di kala ia sedang mendapat rahmat dari Allah SWT.
Akan tetapi banyak orang yang mendapat faedah dan bahagia di kala malam
yang pekat, walaupun di kala kesedihan atau kekurangan hidup sedang
menimpanya. Ia ibarat berada di malam yang sangat gelap. Mestinya ia
bersedih, akan tetapi ia berbahagia karena dapat mengambil faedah dari situasi yang gelap tersebut.
Perumpamaan di atas menunjukkan bahwasanya, orang bisa bahagia di kala ia jatuh, dan belum tentu orang bisa bahagia di kala ia mendapatkan keuntungan besar.
Walaupun orang hidup bergelimang harta kekayaan, kesenangan berlimpah,
papan sandang dan pangan terlengkapi bahkan berlebih- lebihan, belum
tentu ia berada dalam situasi yang terang bercahaya. Sebaliknya, banyak orang yang hidup serba berkekurangan, kurang pangan, kurang sandang, tidak berpapan, akan tetapi
mereka hidup berbahagia, tenang dan damai, walaupun hidupnya pas-pasan
bahkan selalu kurang. Walaupun mereka ibarat berada di malam yang gelap
dan kelam, akan tetapi mereka bahagia.
Orang yang pertama tidak mampu memanfaatkan karunia Allah yang telah ia
terima, walaupun nikmat dari Allah itu lebih dari cukup, bahkan
berlebih-lebihan.
Orang yang kedua, mampu memanfaatkan karunia Allah, walaupun pemberian
Allah itu pas-pasan, bahkan sangat kurang. Ia mampu memanfaatkan karunia
Allah (rezeki) itu, sehingga cukup baginya untuk menyempurnakan hidup
pribadi, bahkan dapat pula membahagiakan orang lain.
Hamba Allah yang mendapat kelebihan harta itu rupanya hartanya kurang manfaat, walaupun banyak. Ia tidak berminat memberikan hartanya kepada masyarakat yang dapat disalurkan untuk banyak kemaslahatan bagi umat dan bangsa.
Sedangkan hamba Allah yang sedikit sekali kekayaan, ia mampu
memanfaatkan harta bendanya, karena ia pergunakan untuk kebaikan
walaupun sangat sedikit. Ia bahagia karena dengan kekurangan dan
kemiskinannya itu ia telah dapat menolong orang yang memerlukan. Hartanya bermanfaat dunia dan akhirat.