اَلطَّىُّ الْحَقِيْقِىُّ اَنْ تُطْوَى مَسَافَةُ الدُنْيَا عَنْكَ حَتَّى تَرَى الأَخِرَةَ اَقْرَبَ اِلَيْكَ مِنْكَ٠
“Lipatan yang sebenarnya, ialah terlipatnya jarak dunia ini untukmu,
sehingga kamu akan melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu dari dirimu
sendiri."
Melipat dunia artinya memendekkan jarak di antara manusia dengan
akhirat. Seorang hamba harus mampu menggambarkan hubungan dirinya dengan
akhirat dalam satu perjalanan singkat dalam keyakinan hati sanubarinya.
Dengan demikian seorang hamba akan melihat perjalanannya ke akhirat
sangat dekat, bahkan lebih dekat antara dia dengan dirinya sendiri. Ia
harus dapat menyaksikan bahwa semua peiistiwa dunia ini benar-benar
peristiwa yang fana dan keramaian yang menipu.
Sedikit saja seorang terkesima
dan tergoda oleh pengaruh duniawi, maka ia akan tenggelam ke dalam
lautan yang sangat dalam. Peranan Keyakinan manusia terhadap suara
imannya akan sangat besar bagi pembentukan pribadi yang tidak mudah
tergoda. Cara yang paling jitu
ialah terus menerus meningkatkan ibadah dan menertibkan ibadah itu ngan
sempurna. Demikian juga memperdalam akidah Islam dengan mempelajari semua hal yang berkaitan dengan keimanan.
Hamba Allah yang kokoh imannya akan menempatkan semua godaan tipuan itu
sebagai i'tibar (pelajaran) berharga bagi dirinya. Ia harus memiliki
cahaya keyakinan dalam kalbunya sehingga mampu menutupi gemerlapan dunia
yang ada di hadapannya. Cahaya keyakinan dari dalam itulah yang akan
memberinya kesempatan yang besar menyaksikan
Maha Besarnya Zat yang kelak memberikannya rahmat dan anugerah di alam
akhirat melebihi segala yang pernah ia saksikan di dunia. Adapun orang
yang tidak terbit nur keyakinan dari dalam dirinya mendekati Allah, akan
mudah tergoda oleh gemerlapan dunia. Ia sangat cinta
kepada dunia yang menyimpan harta dunia dalam hatinya, sehingga hatinya
tertutup, tidak mampu melihat cahaya Allah. Dengan demikian semakin
jauh ia dengan Allah, dan perjalanannya menuju akhirat pun melampaui
perjalanan yang sangat jauh pula.
Muslim yang meyakini ajaran Iman dan Islam
dan menjadikannya pedoman yang terang di depannya, tidak mudah tergoda
oleh beraneka ragam hiasan dunia yang gemerlapan. Dalam hal ini tidak
berarti m menghilangkan sama sekali keperluan duniawinya. Ia memerlukan
benda-benda dunia tidak lain untuk menunjang ibadahnya kepada Allah. Ia
menjadikan dunia dan keperluannya untuk mendekati Allah. Ia memerlukan
dunia untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Ia memerlukan harta
untuk membangun Islam dan menyiarkan ajaran ajaran Allah dan hukum-Nya.
Ia mencari dunia dan mengumpulkannya, kemudian menempatkan benda dunia
itu di luar hatinya, ia tidak mencintai benda-benda yang bersifat
sementara itu.
Seorang muslim yang saleh boleh berharta yang banyak, akan tetapi harta
yang ada padanya bukan miliknya, karena benda-benda itu sifatnya
lahiriah yang akan ditinggalkannya dan pasti musnah. Ia menempatkan
benda dunia itu di luar dirinya dan tidak akan mempengaruhi sedikitpun
baginya dalam hubungannya dengan Allah. Bahkan benda dunia itu akan
mendekatkan dirinya sangat akrab dengan Allah swt.