Dari Anas bin Malik ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ اﷲِلَيَرْضَ عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا ٬وَيَشْرَبُ الشُّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا٠
Dalam riwayat Ma'tsur disebutkan:
أَنَّ فِيْ الْجَنَّةِ بَابًا لاَيَدْخُلُهُ إِلاَّ الْحَمَّادُوْنَ٠٠٠
Tentang hakikat puji, hendaklah engkau memahami maknanya. Bukan sekedar ucapan kosong, tak berisi kandungan.
Dan hakikat kandungan puji (alhamdu) adalah Ridha. Pijakannya adalah Qana'ah (menerima nikmat yang ada).
Maksud beliau bukanlah sekedar berkaitan makan dan ininum. Sekalipun hadis ini hanya berbicara tentang makan dan minum, namun keduanya hanyalah simbol sekian di antara fenomena nikmat Rabbaniyah dan pemberian Ilahi yang tak terhitung.
Setiap hembusan nafas kehidupan yang terulang-ulang di antara pundakmu, adalah bukti keberlangsungan nikmat ini. Setiap tarikan nafas itu, hendaklah engkau memuji Allah dibarengi rasa ridha, menerima, ten¬teram dan percaya. Engkau syukuri atas nikmat-Nya yang tiada terhingga.
"Dan seandainya engkau menghitung nikmat Allah, tentu engkau tidak bisa meng¬hitungnya." (QS. Ibrhim: 34, dan QS. an- Nahl: 18)
Pikirkanlah dan renungkan: Seandainya kau lihat orang buta ke-hilangan jejak, ia dihantui kekhawatiran tersesat atau terlindas mobil, pernahkah engkau renungi?! Seberapa jauh engkau menimbang nikmat penglihatan yang me¬lindungimu dari gangguan dan marabahaya? Yang juga menjadikanmu melihat keindahan panorama dan keajaiban Sang Pencipta di penjuru alam?
Dengan ridha dan puji ini, engkau bisa menggapai ridha Allah Ta'ala. Maka ingat¬lah segala nikmat, dan pergunakanlah ganjaran pujian atas segala nikmat-Nya, nisca¬ya engkau termasuk golongan orang-orang yang bersyukur.