Twitter

Adakah Perasaan Cinta Setelah Menikah?

Author Unknown - -
Home » , » Adakah Perasaan Cinta Setelah Menikah?

Apakah rasa cinta itu akan terus berlanjut setelah menikah? "ya." Memang benar, perasaan cinta ini akan terus berlanjut sampai pada jenjang pernikahan/perkawinan, tetapi dengan syarat setiap suami istri bersarna-sama memelihara pohon cinta, menjaga dan menyiraminya dengan perlakuan yang lembut, dengan kata-kata yang penuh belas kasih, senyum kerelaan dan memberikan maaf terhadap kesalahan yang terjadi. Kemudian dia juga harus membalas setiap kerlingan mata yang diberikan di dalam khayalannya yang melayang. Semua itu yang membentuk dirinya dalam kehidupannya ini sebagai salah satu malaikat dari malaikat-malaikat yang ada di langit. Pada saat itulah setiap orang yang saling mengasihi akan menemukan perjalanan hidupnya di atas sayap kerinduan dan kasih sayang sampai dia dapat bertemu dengannya tanpa ada orang yang melihatnya dan tidak ada telinga yang mendengarnya serta tidak membahayakan bagi hati manusia.
Dan berikut ini adalah contoh-contoh cerita indah tentang percintaan yang halal dalam agama islam:
Di dalam bukunya yang berjudul Dzammul Hawa, Ibnu A1 Jauzy meriwayatkan bahwa Abdullah bin Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallaahu 'anhu menikah dengan Atikah binti Zaid bin 'Umar bin Nufail, dan dia adalah wanita yang cantik dan elok. Dia memiliki akhlak yang cemerlang. Akan tetapi dia menyulitkan dirinya di dalam peperangannya, kemudian bapaknya menyuruh untuk menceraikannya. Dan dia berkata, "Sesungguhnya dia telah menyulitkanmu dalam peperangan." Lantas dia bersyair:
Mereka berkata, Ceraikanlah dia dan dirikanlah bangunan rumah untuknya
Kesusahan bagimu adalah mimpi orang tidur Sesungguhnya perpisahanku dengannya telah menyatukanku dengan mereka 
Kemudian dia menceraikannya dan bapaknya berjalan sambil bersyair:
Kesewenang-wenanganku tidak akan melupakanmu matahari yang terbit
Dan gemerlap bintang akan selalu menggantung di langit
Hatiku telah sewenang-wenang kepadamu setiap hari dan malam
Bagimu sesuatu yang tersembunyi dalam jiwa itu rahasia
Aku tidak melihat orang sepertiku menceraikannya
Karena tidak ada perempuan seperti dia yang harus dicampakkan
Dia mempunyai hati yang lembut, pikiran yang cerdas, akhlak yang terpuji dan dapat dipercaya
Kemudian bapaknya memisahkannya dan memulangkan Atikah kepada orang tuanya. Selanjutnya Abdullah berjuang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Thaif dan dia terkena anak panah. Selanjutnya dia meninggal dunia di Madinah dan Atikah berkata sambil menangisinya:
Setelah Nabi dan Abu Bakar, aku tidak mampu lagi diuji dengan sebaik-baik manusia
Aku bersumpah, mataku akan terus bersedih dan kulitku akan terus Berdebu
Demi Allah, siapa yang melihat pemuda yang lebih mulia, sabar dan hangat dalam gejolak daripada dia 
Jika Nabi sudah memerintahkan dia serahkan dirinya kepada kematian sehingga hanya tanah merahlah yang tersisa
Apakah kamu mengetahui bagaimanakah cinta? Berapa banyak perempuan Arab yang rindu kepada seorang laki-laki? Sesungguhnya dia merindukan sifat-sifat kepahlawanan dan kejantanan pada dirinya walaupun dirinya diuji dengan peperangan yang dasyat.
Apakah kamu mengetahui bagaimanakah Atikah meratapi suaminya? Sungguh dia telah meratapinya dengan keahliannya berkuda dalam debu peperangan dan di dalam bahaya tusukan dan pukulan lawan. Dan dia tidak menyebutkan ketampanan, kegenitan dan kelembutan tangannya serta kelembutan rambutnya yang seperti singa dan sepatu yang bertumit tinggi
A1 Ashmu'i meriwayatkan dari seorang laki-laki Bani Dhabbah, dia berkata, "Unta saya telah tersesat dan saya pergi untuk mencarinya, sampai-sampai saya mendatangi sebuah daerah Bani Sulaim. Ketika berada di salah satu daerahnya saya menjumpai seorang perempuan maka saya memutarnya. Ketika dia berlari, maka saya menutup mata saya dari cahaya wajahnya. Maka dia berkata, "Apa yang dapat saya lakukan untukmu, karena sesungguhnya saya melihat engkau sedang kebingungan?" Saya berkata, "Sesungguhnya unta saya telah tersesat dan saya sedang mencarinya." Perempuan itu berkata, "Apakah engkau menginginkanku untuk menunjukkanmu di mana dia berada?" Saya menjawab, "Ya." Kemudian perempuan itu berkata lagi:
"Apa yang telah diberikan mereka kepadamu adalah apa yang telah mereka ambil, dan jika mereka menghendaki maka mereka akan mengembalikannya." Maka Aku bertanya kepadanya dengan penuh keyakinan dan bukan untuk menguji yang menakjubkan diriku dari dirinya adalah kecantikan wajah dan kesantunannya dalam berbicara, "Apakah anda sudah memiliki suami?" Perempuan itu menjawab, "Demi Allah saya memiliki suami." Maka dia menyeru dan menjawab untuk apa dia diciptakan. Dan sebaik-baik suami sudah dia miliki. Maka saya berkata kepadanya, "Apakah anda memiliki suami yang tubuhnya tidak tercela dan musibahnya tidak menakutkan, maksudnya adalah menikah  maka perempuan itu diam sesaat kemudian mengangkat kepalanya dan tampaklah kedua matanya mencucurkan air mata, selanjutnya dia berjalan dan bersyair:
Kami bagaikan dua ranting yang airnya berasal dari taman surga
Dalam lintasan suka dan duka, sang tuan memisahkan keduanya
Dia telah berjanji, jika waktu mengkhianatiku dia akan setia setelah kepergianku
Akupun begitu, lalu kemalangan menjemputnya beberapa tahun yang lalu
Maka, alihkanlah ejekanmu dan orang yang tidak mengingkari janjinya dengan bujuk rayu
Kemudian Asmu'i bercerita lagi, dia berkata bahwa Sulaiman bin Abdul Muluk pergi berekreasi dan bersamanya Sulaiman bin A1 Mihlab bin Abi Shafrah dari Damasqus. Kemudian mereka berdua melewati sebuah pemakaman dan melihat seorang perempuan sedang duduk di atas sebuah makam sambil menangis. Maka, berhembuslah angin dan tersingkaplah cadar dan wajahnya. Ketika tersingkap, seakan-akan dirinya sedang dirundung kesedihan yang sangat. Dan kami berdua berhenti sejenak dan merasa heran memandang kepadanya. Selanjutnya Ibnu Mihlab bertanya kepadanya, "Wahai hamba Allah, apakah engkau istri Amirul Mu'minin?" Maka perempuan tadi memandang kepada keduanya dan kemudian memandang ke pemakaman dan bersyair: 
Jika kamu berdua bertanya tentang perasaanku,
sesungguhnya ia tertanam dalam kuburan ini, hai pemuda
Aku sungguh malu dengan debu di antara kita,
seperti aku malu kepadanya dan dia melihatku
Dan orang yang berbicara sejarah tentang keindahan pengabdian mereka terhadap suami-suami adalah Nailah binti A1 Farafishah istri 'Utsman bin Affan radhiyallaahu anhu. Dia adalah seorang perempuan yang brilian, fasih dan memiliki kecantikan dan kesempurnaan. Dia telah menyerahkan dirinya untuk dibunuh ketika ada penyerbuan sekelompok orang yang mengepung rumah 'Utsman bin Affan secara paksa. Dan ketika salah satu di antara mereka hendak menghunuskan pedangnya ke tubuh 'Utsman, maka istrinya itu menahan pedang itu dengan tangannya sehingga terputuslah jari-jarinya.
Pada suatu hari, setelah 'Utsman radhiyallaahu 'anhu telah terbunuh, dia berdiri di atas pemakamannya dan memohonkan rahmat untuknya. Kemudian dia meninggalkan tempatnya itu sambil berkata, “Sesungguhnya saya telah melihat kesedihan yang lusuh sebagaimana lusuhnya sebuah baju. Dan saya takut kesedihan 'Utsman itu melusuhkan hatiku, sehingga saya meratapinya dengan membenturkan ke sebuah batu dan terpecahlah giginya bagian depan. Maka dia berkata, "Demi Allah tidak akan ada seorang laki-laki pun yang dapat menempati kedudukan Utsman di dalam hatiku untuk selamanya." Setelah kejadian itu, Mu'awiyah mengirim surat kepadanya untuk meminangnya. Namun Istri ' Utsman tersebut membalas kepadanya dengan giginya dan berkata, "Apa pendapat calon pengantin tentang diriku?"
Mereka menjawab, "Tidak ada wanita yang lebih indah ketika tertawa dibandingkan dia."
Dan kami membatasi cerita ini sampai di sini, karena rangkaian cerita yang menjelaskan hal ini sangat panjang. Yang jelas, rasa cinta yang dimiliki oleh suami istri akan terus ada sepanjang masa. Dan alasan kami mengambil sebuah contoh dari satra Arab, karena mereka adalah manusia yang gemar mengungkapkan perasaan mereka dan perasaan orang-orang yang sangat dicintai kepada istri-istri mereka dan perasaan wanita-wanita yang mencintai suami-suami mereka Masa Lalu
Ada juga pertanyaan, "Apabila seorang pemuda atau pemuda ini terjerumus dalam hubungan semacam ini, kemudian dia bertaubat dan kembali kepada Allah, apakah hal itu juga terjadi pada perempuan yang menjadi pinangan atau istrinya?"
Di sini, wahai para pemuda, kita harus mengangkat bendera bahaya untuk memperingatkan kalian dengan semua bentuk peringatan. Maka pemuda yang menyebut-nyebut kejantanannya dan kepetualangannya dengan perempuan-perempuan lain di hadapan pinangan dan istrinya, sesunguhnya dia menghancurkan dirinya sendiri seperti mempromosikan di dalam khayalan istrinya. Dan ini akan menjadi sebab secara langsung memunculkan di dalam hatinya keragu-raguan di dalamnya, di dalam penggunaannya, di dalam tindakannya dan di dalam rumahnya. Dan hal itu sama saja meletakkan bisa yang beracun di dalam kehidupannya untuk membunuh secara perlahan-lahan.
Demikian juga seorang pemudi dengan kondisinya yang sensitif-hendaknya tidak berkata-kata secara mudah masalah-masalah seperti ini. Dan hendaknya dia menutupi dengan tirai Allah. Sesungguhnya laki-laki tidak mungkin dengan kondisinya membayangkan bahwa perempuan ini telah memiliki laki-laki ini sebelum dirinya. Dan seorang laki-laki tidak akan lupa terhadap kesalahan-kesalahan istrinya selama hidup. Maka, apabila seorang perempuan menjelaskan sesuatu dari sisi ini, maka kelengahan yang sederhana (polos) karena kebodohannya ini telah meletakkan dengan sukarela bahan peledak di rumahnya, dan hampir membumihanguskan bangunan kehidupannya.
Dan hendaklah kalian memperhatikan arahan-arahan Islam di dalam masalah ini yang dibicarakan oleh sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setiap umatku akan selamat kecuali orang-orang yang suka membuka rahasia. Dan di antara bentuk kecerobohan adalah seseorang yang berbuat sesuatu pada malam hari dan kemudian datang pagi hari sedangkan Allah telah merahasiakannya, akan tetapi dia berkata, "Wahai fulan, semalam aku berbuat begini dan begini. Sedangkan Allah telah menutupinya semalaman dan pada pagi hari telah tersingkap tirai Allah darinya." (Hadits riwayat Bukhari Muslim)
Dari Ibnu 'Umar radhiyallaahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Jauhilah oleh kalian kotoran-kotoran yang dilarang oleh Allah. Barang siapa tertimpa sesuatu dari kotoran itu maka rahasiakanlah dengan tirai Allah." (Dikeluarkan oleh Hakim dan diriwayatkan oleh Malik dalam kitab Al Muwaththa’)
Dari  Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu, dia berkata,
"Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Saya telah mencium seorang perempuan kota madinah, dan saya dapat menikmatinya tanpa memasukinya dan saya dapat berbuat sesukaku." Maka 'Umar berkata, "Allah telah menutupimu kalau seandainya engkau dapat merahasiakan dirimu." Maka dia tidak mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan laki-laki itu pergi. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengikuti laki-laki itu dan memanggilnya serta membacakan sebuah ayat kepadanya, "Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." (Qs. Huud (11): 114).
Maka laki-laki tadi bertanya kepada Rasulullah, "Apakah ayat ini khusus bagiku atau bagi manusia secara umum?" Maka Rasulullah menjawab, "Bagi manusia secara keseluruhan." (Hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud, lafazh darinya)
Demikianlah wahai para pemuda, kita dapat menemukan bahwa agama islam yang lurus tidak senang dengan umpatan dan penyebaran kejelekan. Islam tidak langsung menegakkan hukuman-hukuman, akan tetapi dia memberikan kesempatan bagi orang yang berbuat kesalahan atau kekeliruan untuk memperbaharui kehidupannya lagi menjadi baru dan bersih selama dia mau bertaubat dan kembali kepada Allah.
"Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shaleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. " (Qs. A1 Furqaan (25): 71)

Artikel Terkait: